Apresiasi Drama “Umang-umang”

Diposting oleh Teater Lakon Jumat, 18 Desember 2009

Sebuah pertunjukkan drama yang berjudul “Umang-umang” dipentaskan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, pada hari Jumat, 20 November 2009 pada pukul 14.00 dan malamnya dipentaskan lagi pada pukul 19.00. begitu juga keesokan harinya, drama dipentaskan pada dua waktu pementasan yang sama. Drama yang disutradarai oleh Dedi Warsana ini mengisahkan tentang kisah segerombolan perampok yang dipimpin oleh Waska yang mempunyai orang kepercayaan yang bernama Ranggong dan Borok. Anak buah Waska tidak terhitung, sangat banyak memenuhi seluruh penjuru negeri. Waska merencanakan sebuah perampokan besar-besaran yang akan dilakukan olehnya dengan seluruh anak buahnya di seluruh penjuru, dia ingin menguasai dunia pada saat itu. Dia ingin melakukan apa pun yang dia mau, mengambil apa saja yang ia kehendaki, berlaku dengan semaunya sendiri dan tak ada yang bisa melarangnya karea dia mempunyai kekukatan dan kekuasaan yang sangat besar di negeri tersebut.
Waska sekarat menjelang perampokan besar-besaran yang sudah direncanakannya sejak lama. Dia pergi dari tempat persembunyian untuk melampiasan rasa sakitnya. Semua anak buah serta orang-orang dekatnya sangat panik dan meratapi kepergiannya. Kemudian mereka mencari Waska ke semua tempat yang bisa didatangi, dan akhirnya Waska ditemukan di dalam sebuah gerbong kereta api. Kemudian Ranggong dan Borok, dua orang kepercayaan Waska, meminta jamu dari seorang sakti yang mempunyai banyak nama tapi lebih sering dipanggil Wiku atau Abert. Albert memberikan rumusan jamu yaitu jamu dadar bayi, jamu yang dibuat dari jantung bayi yang dikeringkan lalu ditumbuk halus. Konon jamu itu jamu anti mati. Ranggong dan Borok mendapatkan jantung bayi yang disyaratkan itu dengan mengelabui penjaga kuburan. Penjaga kuburan yang ditemani oleh anaknnya, disuruhnya menggali kuburan bayi-bayi untuk diambil kain kafannya dengan imbalan yang telah disetujui. Tetapi yang terjadi kemudian, Ranggong dan Borok mengambil jantung bayi-bayi itu. Penjaga kuburan sangat marah dengan penipuan itu, tetapi tidak berlangsung lama karena ia dana anaknya segera dibunuh oleh Ranggong dan Borok. Akhirnya Waska dapat disembuhkan.
Dari segi pementasan, Drama ini cukup menarik. Setidaknya menyita perhatian hamper seluruh penonton yang terdiri dari berbagai kalangan seperti pelajar, guru, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum juga tidak ketinggalan. Kostum yang digunakan sudah sesuai dengan lakon yang diperankan serta watak dari masing-masing pemeran drama. Musik yang mengiringi mewakili setiap suasana yang dipentaskan. Meriah, sedih, sepi, sukacita, gaduh, dan sebagainya. Apalagi ditambah dengan pementasan lagu dangdut dalam banyak adegan yang dipadukan dengan koreografi yang menarik, menambah suasana ceria yang benar-benar hidup. Ada juga beberapa adegan komedi yang disuguhkan. Semua pemeran sudah melakukan peranannya dengan sangat matang.
Jika dilihat dari segi sosial, kebersamaan serta persaudaraan mereka patut dipuji. Mereka selalu kompak dan mencintai satu dengan yang lainnya. Tetapi dari segi moral, jelas itu sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Bagaimana pun merampok itu pekerjaan yang sangat jahat dean teercela, apa pun alasannya. Mereka mengatas namakan kelaparan untuk melakukan tindakan kriminal tersebut. Tentu saja hal itu tidak bisa dibenarkan.
Banyak orang yang merasa takut meghadapi kematian, banyak alasan yang mereka ungkapkan untuk hal itu. Ada yang merasa takut karena dosa-dosanya sangat banyak dan belum bisa bertobat, ada yang enggan meninggalkan sanak saudaranya, keluarganya, hartanya, ada yang masih sangat mencintai dunia dan ingin hidup selamanya di dunia, ada yang takut pada siksa yang akan dihadapip kelak di akhirat. Tetapi tidak demikian halnya dengan Waska, Ranggong dan Borok. Mereka sangat bosan dengan hidup yang mereka alami, hidup yang terlalu lama. Mungkin itu adalah efek dari jamu anti mati yang diminum Waska, dan berimbas juga kepada Ranggong dan Borok. Mereka menjalani hari-hari mereka dengan hidup yang membosankan. Anak buah mereka yang tidak terhitung sudah mati dan tinggal anak cucu merea yang masih ada di dunia. Tetapi Waska, Ranggong, dan Borok tetap saja hidup. Berbagai cara telah mereka upaykan untuk bunuh diri, tetapi tidak pernah berhasil. Entah sampai kapan mereka didera kebosanan menjalani hidup seperti itu.

sumber disini

0 Responses to Apresiasi Drama “Umang-umang”

Posting Komentar


umang
Photobucket bigwaska